London, NusantaraTop.co — Seorang perempuan muda asal Wales, Inggris, Georgia Taylor (24), meninggal dunia secara mendadak hanya beberapa hari setelah pulang dari liburan di Yunani. Sebelumnya, Georgia sempat dua kali diperiksa dan dipulangkan oleh dokter yang kebingungan atas gejala aneh yang dialaminya.
Menurut laporan WalesOnline, Georgia awalnya mengalami ruam di jari dan lengan, kemudian wajahnya membengkak, serta merasakan nyeri hebat di kaki hingga sulit berjalan selama perjalanan liburannya ke Zante, Yunani.
Setelah kembali ke Inggris, kondisi Georgia semakin memburuk. Ia sempat menghadiri sesi terapi fisik pada 20 Agustus, namun tiba-tiba mengalami penurunan drastis dan dilarikan ke University Hospital of Wales di Cardiff. Georgia meninggal dunia pada dini hari 21 Agustus 2025, dikelilingi oleh keluarganya.
“Kami merindukannya setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap hari,” kata orang tuanya, Nicola dan John Taylor, dalam wawancara dengan WalesOnline.
Lebih dari 900 orang menghadiri pemakaman Georgia sebulan kemudian. Orang tuanya bersama adik laki-laki, Joe, menggambarkan Georgia sebagai pribadi yang penuh semangat, berjiwa sosial, dan memiliki energi luar biasa.
Sebelum meninggal dunia, Georgia tengah meniti karier di Dow Jones London, setelah menyelesaikan gelar bisnis dan pemasaran konsumen di University of Reading dan sempat magang dengan sukses pada 2021.
🩺 Gejala Misterius Sebelum Meninggal
Gejala Georgia dimulai pada Juni 2025, ketika muncul ruam di jari-jarinya yang ia kira akibat reaksi alergi terhadap cincin. Tak lama kemudian, wajahnya membengkak di sekitar mata, disertai ruam baru di lengan.
Georgia kemudian memeriksakan diri ke dokter umum dan diberi antihistamin serta krim hidrokortison karena diduga alergi. Namun, gejalanya tak kunjung membaik. Ia bahkan sempat mendatangi unit gawat darurat (A&E) dengan keluhan sesak napas, namun kembali dipulangkan tanpa diagnosis pasti.
Selama liburan di Yunani pada awal Agustus, Georgia mulai kesulitan berjalan karena nyeri betis, yang ia atasi dengan gel ibuprofen dan obat penghilang rasa sakit. Setelah kembali ke Inggris, kondisinya memburuk puncaknya ketika ia tiba-tiba kolaps saat sesi fisioterapi.
Hingga kini, penyebab pasti kematian Georgia Taylor belum diumumkan.
💐 Dukungan dan Penggalangan Dana
Menjelang pemakamannya, keluarga Georgia meminta agar sumbangan disalurkan kepada yayasan 2Wish, lembaga amal yang membantu keluarga yang kehilangan anak atau remaja secara mendadak.
Lebih dari £18.000 (sekitar Rp360 juta) telah terkumpul melalui laman donasi MuchLoved sebagai bentuk dukungan dan belasungkawa.
“Kami sangat berterima kasih atas semua doa dan sumbangan yang telah diberikan. Itu sangat berarti bagi kami,” ujar keluarga Georgia. (Redaksi NusantaraTop.co)
Sumber : TheSun
Editor : Pahotan M Hutagalung